Selasa, 22 Juni 2010

20 th Rinjani 3726 mdpl


Aku akan bercerita tentang perjalanan dari suatu pembuktian impian keyakinan perjuangan dan doa.

Bukan suatu perjalanan biasa yang sia-sia yang hanya mendapatkan lelah dan baju yg kotor. Tapi suatu perjalanan hati yang hampir sempurna. Suatu impian dalam hidupku 20 thn di rinjani. Suatu perjalanann yg telah ku rencanakan sebulan sebelumnya, hampr semua itu menjadi sebuah kegagalan karna seminggu sebelumnya fisikku menjadi down, aku jatuh sakit dengan tensi 80 60. Di saat itu juga satu impian besar dalam hidupku hanyut dalam kepahitan kenyataan. Banyak yang berusaha menghiburku tapi aku berkata “ tak ada yang bisa menghibur dan tak ada yang perlu dihibur. aku takkan pernah dan takkan bisa menyerah menghadapi semua kenyataan ini”. Dengan semangat impian dan tekad yg bulad serta do’a yg terus membasahi lisan hati dan pikiran ini membuatku sembuh. Aku pun mulai menyusun rencana untuk mengejar mimpiku.

16 juni 2010.
Setelah semalaman aku melakukan persiapan akupun berangkat berlima. Aan, temen sebangku waktu SMA yg sekarang menjadi anggota WAPALA FH UNRAM, ari temen sekampus, armen dan adi yg merupakan temen rumah.
Sebelum perjalanan aan bilang kepadaku “bul, sekarang disini kamu yang jadi leader…!”. Entahlah.. aku sedikit ga mengerti dengan kata-katanya. Apakah karna aku yang lebih dulu terlahir sebagai pecinta alam, atau karna aku yang mengumpulkan dan mengajak mereka, atau mungkin karna aku yang mengetahui rute perjalanan ini. Apapun jawaban dan alasannya, yang jelas ini adalah sebuah amanat besar untukku. Suatu kepercayaan dari para teman dan sahabat, dimana aku yang bertanggung jawab atas mereka semua. Dan aku akan menjaga amanat ini dan menjalankan dengan sebaik-baiknya.

Kami mulai perjalanan melewati jalur sembalun bawak nao pukul 11.00. Dengan carrier yang berat kami terus menelusuri jalan setapak padang ilalang, dan sesekali memasuki hutan. Perjalanan yg begitu panjang yang terlihat tak berujung, tapi aku malu untuk berkata lelah, melihat para porter yang membawakan barang tamu luar negeri dengan beban yang sangat berat. Tak terlihat sedikutpun rasa lelah menyelimutu mereka, tak ada sedikitpun kata-kata keluhan keluar dari mulut mereka. Manusia-manusia baja yang menjadi inspirasi hidupku yang selalu tersenyum menyapa kami.
Hamparan bukit-bukit padang ilalang, desa sembalun, perkebunan strawberi, rumah kaca. Semua itu sedikit mengobati lelah dan stress kami melihat hamparan padang ilalang yg tak berujung dan letak pos 1 yg entah dimana.. bukit-bukit padang ilalang ini disebut para pendaki sbgai bukit penyesalan, karna perjalanan yang masih sangat jauh, dan ingin kembalipun tak mungkin karna sudah berjalan jauh. tapi bagiku tak ada penyesalan dalam setiap langkahku.

Pukul 02.25 siang kami sampai di Pos 1. Kabut tipis menyelimuti istirahat kami, belaian angin berubah menjadi dingin. Segelas susu membuat tubuh kami menjadi lebih hangat, kami pun mulai memasak untuk makan siang, mengisi energy dan kalori dalm tubuh untuk melanjutkan perjalanan. Pukul 03.30 kami melanjutkan perjalanan dan sampai di pos 2 pukul 04.30 sore

Jarak antara pos 1 dan pos 2 bgitu dekat sehingga perjalanan tak terasa. Kami beristirahat hanya untuk mengambil air. Dan melanjutkan perjalanan, kabut tebal menyelimuti perjalanan kami karna hari sudah semakin sore, jarak pandang hanya 10 meter dan dingin begiru terasa. Akupun sempat bertanya-tanya dalam diri ini, sampai kapan ujung jalan setapak ini, sempat semangat ini menurun, dingin dlam kegelapan kabut dan rasa letih membuatku sempat stress dan frustasi, tapi disini akulah yang menjadi leader mereka. Aku harus menghilangkan perasaan dan pikiran ini, dan lirik lagu ciptaan eross yang menjadi soundtrack film SOE HOK GIE merasuki pikiranku.

“sampaikanlah pada ibuku,
aku pulang terlambat waktu
Ku akan menaklukan malam dengan jalan pikiranku
Sampaikanlah pada bapakku
aku mencari jalan atas semua keresahan-keresahan ini
Kegelisahan manusia..
Retaklah malam yang dingin
Tak pernah berhenti berjuang,
Pecahkan teka-teki malam
Tak pernah berhenti berjuang
pecahkan teka-teki keadilan
Berbagi waktu dengan alam
Kau akan tw siapa dirimu yang sebenarnya
Hakikat manusia
Akan aku telusuri jalan yang setapak ini
Semoga kutemukan jawaban.

Pukul 06.20 menjelang malam kami sampai di pos 3 dan langsung menyiapkan tenda lalu memasak dan beristirahat.
17 juni 2010
Pukul 08.00 pagi kami mulai melanjutkan perjalanan lagi, dsni tanjakan terjal telah menyambut kami. Dsnilah kita diajarkan suatu keikhlasan dalam menghadapi segala cobaan, masalah dan tantangan hidup, tapi percayalah jika kita bisa melewatinya semuanya akan terasa indah. Sesekali kami beristirahat dan berfoto dengan penuh canda, kami menikmati pemandangan yang begitu indah. Sangat indah, tapi semua itu bagiku adalah suatu fatamurgana, keindahan sesaat dalam setiap perjalanan kami yg membuat kami ingin terus duduk menikmati hembusan angin, dan malas untuk melanjutkan perjalanan. Akupun tak mau terlena dengan semua itu karna aku tahu, diatas sana semuanya lebih indah lagi. Kabut tebal dengan angin yang begitu kencang silih berganti mengiringi langakah kecil kami. Bukit pelawangan sembalun yang masih sangat jauh membuat beberapa temanku menjadi semakin down dan sepertinya kehilangan semangat. Dan akhirnya otak kecil mereka menguasai mereka. Mereka menjadi malas dan lebih sering beristirahat. Akupun berkata “woi…!! Jangan kmu liat bukit itu, liat aja jalan setapak yang kamu daki, pasang target setiap berapa meter baru istirahat, jangan sampai kita dikuasai otak kecil kita, jangan sampai kita dikuasai keadaan.yakin Kita pasti bisa ngelewatin semua ini.. kita sudah berani meninggalkan kenyamanan hidup berarti kita sudah siap menghadapi segala apapun yang akan terjadi.”
Pukul 02.00 siang kami sampai pelawangan sembalun,sebuah tempat camping ground yang cukup luas sebelum para pendaki berangkat ke puncak. begitu banyak pendaki dari luarn negeri yang kami temui, bahkan 41 orang anak smp dari malaysia jga sedang berada dsana. Akupun bangga menjadi orang Indonesia, lahir dan tinggal di pulau Lombok, pulau kecil yang memiliki sejuta misteri dan keindahan alam yang tak terhingga.
Pelawangan sembalun diselimuti kabut tebal,, semuanya begitu putih, begitu dingin..
sore hari kabut tebal perlahan menghilang, tampak langit membiru, danau segara anak dari kejauhan, bukit-bukit padang ilalang yang kami lewati terlihat, sungai belerang yang menguning, puncak yang terkena sinar matahari dan sunset yang bersembunyi di balik gunung sangkareang. Semua BEGITU INDAH.
malam pun datang, angin semakin kencang, badaipun datang dengan dingin begitu menusuk tulang kami. Suara badai di puncak rinjani jelas terdengar.
Kamipun tak kuasa menahan dingin dan akhirnya memilih beristirahat di dalam tenda.


18 juni 2010
Pukul 02.00 malam..
aku terbangun mendengar suara bule yang bersiap malangkah menuju puncak, ingin rasanya pergi ke puncak. Aku dan aan sudah siap dengan perlengkapan, tapi yang terjadi,, angin semakin kencang dan badai dari puncak semakin jelas terdengar. Armen ari dan adi tak mungkin pergi ke puncak dengan keadaan seperti ini karna perlengkapan mereka yang kurang.
Aku pun di hadapkan pada 2 pilihan tetap ke puncak bersama aan, atau memilih diam dengan mereka semua di tenda.
Aku berfikir terlalu egois jika aku tetap pergi ke puncak sedangkan 3 orang temanku tak bisa ikut.
Ya dan akhirnya aku memilih tidak ke puncak, aku memutuskan untuk ke puncak next time.
Selesai salat subuh aku duduk di tebing pelawangan segelas susu dan tembako dalam dekapan mentari pagi menghangatkan tubuhku, suasana yang sudah sangat lama ku rindukan,2 tahun aku menahan rasa rindu yang teramat sangat dengan suasana ini. duduk di pagi hari di tebing pelawangan, dengan segala keindahan MAHABIRU RINJANI.

Pukul 10.00 pagi
Setelah packing dan makan siang kami pun melanjutkan perjalanan untuk turun ke danau.


Sepertinya kami sedikit beruntung, karna saat perjalanan kabut tipis mengiringi setiap langkah kami melewati batu dan tebing yang curam dan tak ada matahari yang begitu menyengat. Hamparan edelweis yg begitu indahan yang seakan-akan tersenyum dengan kedatangan kmi.

Suara ledakan yang sangat keras mengagetkan kami, kami pun bertanya-tanya, suara apa itu??
Saat hampir sampai danau aku terkaget melihat sesuatu, suatu lubang besar terlihat jelas. Lubang yang pada 2 tahun lalu terlihat kecil. Mungkin inilah jawaban dari ledakan besar tadi.

Pukul 01.00 siang.
Kamipun sampai di danau,, disini kami bertemu dengan teman dari wanapratala, sebuah organisasi dari mapala tekhnik unram yang sedang melakukan pendakian bersama. Kami memilih membangun tenda di tepian danau. Dan tiba-tiba sebuah ledakan keras terdengar, asap hitam tebal keluar dari sebuah sosok agung yang berdiri tegak ditengah danau. Orang sekitar menyebutnya gunung baru jari, yg artinya gunung baru jadi, ia dikatakan sebagai anak dari rinjani, yang akhir-akhir ini juga ikut memamerkan kebesarannya. Sebenarnya gunung rinjani berstatus waspada level 2, hal ini terjadi karna gunung baru jari yang terus malakukan aktivitasnya. Danau dan puncak pun sebenarnya di tutup untuk para pendaki, tapi bagi kami para pendaki, semua ini adalah sebuah tantangan. “cahaya nyali besar mencuat runtuhkan bahaya…!!” sepenggal lirik lagu eross cahaya bulan membuat nyali besarku semakin membara.
Merasakan lebih dekat dengan kematian membuatku lebih mensyukuri setiap hembusan nafas ini. Terima kasih Ya Allah..
Senja hari setelah kami melepaskan lelah dalam balutan kolam belerang aik kalak yang menghangatkan tubuh kami, kami duduk ditepian danau sambil menikmati senja, dua ekor burung belibis sedang berenang beriringan di tengah danau. Pancaran sinar sunset yang menguning menambah keindahan.
Haripun menjadi malam, kami duduk berkumpul mengelilingi perapian beberapa gelas teh dan kopi ikut menhangatkan canda dan obrolan kami semua. Bintang-bintang terlihat lebih dekat, dan begitu banyak menghiasi langit. Aku tak pernah melihat semua ini sebelumnya. Akupun memutar lagu padi MAHADEWI.

“Hamparan langit maha sempurna
Bertahta bintang-bintang angkasa
Namun satu bintang yang berpijar
Teruntai turun menyapa aku`1
Ada tutur kata terucap
Ada damai yang kurasakan
Bila sinarnya sentuh wajahku’
Kesedihankupun terhapuskan
Alam rayapun semua tersenyum
Menunduk dan memuja hadirnya
Terpukau aku menatap wajahnya
Aku merasa mengenal dia
Tapi ada entah dimana hanya hatiku mampu menjawabnya
Mahadewi resapkan nilainya
Pencariankupun usai sudah..”

Piyu padi menceritakan mahadewi adalah sesosok wanita cantik yang memberikan kedamaian dan ketenangan jiwa, tapi bagiku mahadewi adalah sosok yang berdiri tegak, yang puncaknya mencakar langit. Mahadewi bagiku adalah rinjani, yang tak pernah lepas dari legenda mistis dewi anjani. Sesosok putri baik hati yang mengasingkan diri bersama para dayangnya di gunung ini, karna kebaikan dan kecantikannya ia pun dijadikan sebagai dewi dan ratu dari para jin.

Terlepas dari legenda mistis itu akupun merasakan suatu yang berbeda dari pelukan rinjani. Ya, gunung rinjani adalah mahadewi yang keindahannya tak dapat diungkapkan dengan kata-kata bahkan seorang filsuf hebat seperti plato dan scorates pun tak mampu mengungkapkan keindahan surga dunia ini.

Pelukan Rinjani benar-benar memberikan kedamaian dan ketenangan hati, membasahi jiwa-jiwa yang kering. Mata ini tak sengaja menerawang dalam kegelapan danau yang samar-samar terkena pancaran CAHAYA BULAN. Dan tiba-tiba sosok baru jari terlihat memuntahkan lahar dan batuan yang menyala diiringi dengan suara ledakan yang cukup keras seperti suara meriam, tapi bukan meriam yang membuat tangisan seperti yang terjadi di gaza sana, suara meriam itu menambah ketenangan jiwa, memecahkan keheningan malam, obrolan diantara kamipun terputus, hanya pandangan takjub akan kebesaran Yang Maha Kuasa. Subhanallah walhamdulillah walaillahaillallah Allah Akbar….!!!, lantunan zikrullah terus membasahi lisan dan hati kami. Dan mungkin hanya inilah yang bisa mengungkapkannya. Dan segala kesombongan yang melekat pada jiwa dan ragaku pun seakan-akan hancur berkeping-keping dan tak berarti.
Akupun Seakan tak percaya akan semua ini, gunung baru jari menari dan bernyanyi dalam kegelapan malam membuat ragaku menguraikan nada rasa dan terbang dalam jiwa di LAIN DUNIA.

Disini..
Di malam ini..
Terbayar sudah semuanya, setiap langkah kecil kami melintasi bukit, menahan letih dan berat beban, menahan dinginnya selimut kabut, usapan setiap tetes keringat yang keluar dan teriknya sinar matahari yang membakar kulit. Tergantikan sudah puncak yang tak dapat kami daki karna badai.

Malampun semakin larut,, canda tawa hayalan dan mimpi-mimpi indah terus menghiasi antara dinginnya danau segara anak dan hangatnya perapian di tengah-tengah kami. Petikan gitar iwan fals terdengar dari sound hpku.
“Suatu hari dikala kita duduk ditepi pantai
Dan memandang ombak di lautan yang kian menepi
Burung camar bermain diderunya air,
Suara alam ini hangatkan jiwa kita.
Sementara sinar surya perlahan mulai tenggelam
Suara gitarmu mengalunkan melodi tentang cinta
Ada hati membara erat bersatu
Getar seluruh jiwa tercurah saat itu
Kemesraan ini janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini ingin kukenang selalu
Hatiku damai jiwaku tentram disampingmu
Hatiku damai jiwaku tentram bersamamu.”

Benar-benar penuh kedamaian dalam hangatnya kebersamaan,,
Kebersamaan diantara kami sesama para pendaki, yang selalu tersenyum dan berbagi dalam satu perjuangan untuk satu tujuan.
Terbesit asa untuk terus bertanya-tanya, masih mungkinkah adik tersayangku, anak cucuku bisa menikmati semua ini, merasakan pelukan alam mahadewi rinjani?? Entahlah, mungkin hanya waktu dan waktu yang bisa menjawabnya.

Rembulan telah turun dan bersembunyi di balik bukit pelawangan senaru, jam tanganku menunjukan pukul 11 lewat 5. Sebenarnya kami masih ingin merasakan hangatnya kebersamaan ini, tapi kami harus istirahat untuk melanjutkan perjalanan pulang. Tebing dan tanjakan dengan jurang-jurang yang curam pelawangan senaru sudah menanti kami.

Mungkin inilah hari jadiku yang terindah dalam hidupku, dan seorang temanku bilang, “semuanya bisa jadi sempurna klo kamu bisa berdiri di puncak”. Ya mungkin semua akan sempurna jika aku bisa berdiri kembali di puncak berapi tertinggi kedua di negeriku tercinta ini, tapi bagiku bukan itu yang terpenting. Yang terpenting adalah begitu banyak aku mendapatkan pelajaran hidup disini yang mungkin takkan pernah kudapatkan di tempat lain. Berbagi wktu dengan alam dan berdiskusi dengan alam yang llirih membuatku tau siapa diriku yang sebenarnya karna dsni sifat asli setiap orang akan terlihat, dsni membuat kita mengerti bagaimna cara menghadapi setiap tantangan hidup. Yang terpenting adalah aku bisa menaklukan diriku sendiri disini,, karna pendakian gunung bukann berarti kita bisa menaklukan gunung itu sendiri..! tak ada yang bisa menaklukan alam,selain Pencipta-Nya. Alam diciptakan untuk dijaga, dilindungi, dilestarikan dan melihat betapa kecil dan lemahnya kita dengan segala kesombongan kita, yang sangat jarang mensyukuri betapa KEMAHA BESARAN ALLAH SWT.

Dan akupun berikrar, ingin merubah hidupku seutuhnya..

Aku ingin menjadi alam yang selalu memberi walaupun dirusak..
Aku ingin menjadi danau segara anak, yang tetap tenang dalam menghadapi letusan baru jari..
Aku ingin menjadi aik kalak, air belerang yang menghangatkan, yang dipercaya bisa menyehatkan,
Menghapuskan letih para pendaki setelah sekian lama berjalan.
Aku ingin seperti pohon cemara yang tetap berdiri tegak melawan angin dan badai.
Aku ingin menjadi edelweiss, bunga abadi yang begitu indah..
Dan aku ingin menjadi MABIRU RINJANI yg berdiri tegak mencakar langit yang memberikan ketenangan dan kedamaian jiwa yang kering dengan segala keindahannya.

19 juni 2010..
Saat mentari mulai menyinari danau, aku duduk di bebatuan di pinggiran danau, merenungi segala yang terjadi dalam hidupku, dan merasakan segala kepahitan hidup.. memandang luas tebing-tebing yang mengelilingi danau. Memejamkan mata sejenak dan menghentikan pikiranku, meresapi segalanya.


Pukul 09.30
Kami melanjutkan perjalanan pulang, kali memilih melewati pelawangan senaru untuk pulang karna di samping jaraknya yang lebih dekat, pemandangan alam disini lebih indah.
Kita dapat melihat danau segara anak sepenuhnya dengan puncak rinjani yang menjulang. Perjalanan kali ini terasa lebih ramai dan bersemangat karna kami pulang bersama anak-anak wanapratala. Tapi disini kita harus lebih berhati-hati, karna jalan setapak menanjak yang sengat sempit dengan jurang kematian dan tebing-tebing bebatuan yang begitu tinggi. Di tengah-tengah perjalanan yang menanjak dan sangat melelahkan, kami terdiam takjub akan kebesaran Allah SWT. Gunung baru jari masih sempat mengucapkan salam perpisahan kepada kami.

Asap hitam terlihat mengepul membumbung tinggi, dari sini semuanya terlihat lebih indah dan jelas, karna kami dapat melihat letusan baru jari dari atas dengan latar puncak rinjani yang menjulang dan warna air danau yang hijau kekuning-kuningan karna bercampur dengan belerang. Subhanallah…


Pukul 12.30 siang kami sampai pelawangan senaru.
Setelah ini jalan yang kami lewati terus menurun, melewati hutan tropis yang masih alami beraneka ragam tanaman yang tak pernah kami lihat menyejukan mata kami, semuanya begitu hijau. Suara kicauan burung dan binatang-binatang langka masih terlihat disini.
Perjalanan kami lewati dengan sangat santai, sehingga lupa akan waktu. Dan akhirnya kami sampai di pintu hutan senaru pukul 05.30 sore. Dan akhirnya kami pulang dengan selamat…
Alhamdulillah…




 (kutipan dari sebuah novel karangan Donny Dirghantoro "5cm")
“5 CM”
Jika kamu memiliki mimpi, cita-cita, harapan, keyakinan, maka angkat jari telunjuk kamu n taruh disini, di depan kening kamu, jangan menempel.
Biarkan dia menggantung, mengambang “5 centimeter” di depan kening kamu
Jadi dia gak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu liat setiap hari dan percaya kamu bisa.. apapun hambatannya , bilang sama diri kamu sendiri kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu ENNGAK BISA NYERAH. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat.
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung, mengambang didepan kening kamu, dan setelah itu, yang kamu perlu Cuma….
“kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya..
Tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya..
Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya..
Leher yang akan lebih sering melihat keatas..
Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja..
Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasnya..
Serta mulut yang akan selalu berdo’a…………”

“Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seseorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan Cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seseorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja, bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Tapi seorang yang selalu percaya keajaiban mimpi keajaiban cita-cita, dan keajaiban keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan angka berapa pun…. Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi-mimpi kamu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya.”
“Percaya pada… 5 centimeter di depan kening kamu.”



(seberapa indah keindahan mahabiru rinjani yang kita bayangkan takkan mampu mengalahkan kenyataan keindahan yang sebenarnya )"adhit bhule"